Langkah NLR Indonesia Dalam Upaya Penanggulangan Stigma Kusta

 

tolak-stigma-kusta
Tolak Stigmanya Bukan Orangnya!

Semakin kesini semakin terbuka dengan hal-hal baru bahkan hal-hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Salah satu nya adalah mengenal tentang sebuah penyakit yang banyak dianggap orang penyakit kutukan yaitu Kusta.

Padahal hal tersebut benar-benar mitos loh, karena pada faktanya penyakit ini bisa disembuhkan. Tapi sangat disayangkan stigma masyarakat terhadap penderita kusta masih sangat tinggi.

Penyakit Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.

Masih banyaknya stigma masyarakat terhadap penderita kusta, maka kita semua harus bergandeng tangan untuk bersama menolak stigma nya bukan penderita nya.

Seperti yang dilakukan oleh KBR dan NLR Indonesia pada hari Rabu, 26 Januari 2022 lalu yang mengadakan live talkhsow melalui youtube di Channel BERITA KBR.

Dengan mengusung tema “Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!” ini, KBR dan NLR Indonesia menggandeng para narasumber yang tentu kompeten dan ahli di bidang nya masing-masing.

tolak-stigma-kusta
Tolak Stigmanya, Bukan Orangnya!

Mereka adalah dr. Astri Ferdiana – Technical Advisor NLR Indonesia dan Al-Qadri – Orang Yang Pernah Mengalami Kusta ( OYPMK ) sekaligus Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional ).

Talkshow yang dibawakan oleh Host Ines Nirmala beberapa hari lalu tersebut sekaligus memperingati Hari Kusta Sedunia yang jatuh pada tanggal 30 Januari 2022.

TAHU KAH KAMU?

Tahu kah teman-teman, penemuan kasus Kusta di Indonesia sudah diangka 16.000 – 18.000 orang dan cenderung stagnan dalam 10 tahun terakhir?.

Hal tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke 3 dengan kasus Kusta tertinggi di dunia setelah Brazil dan India.

Kasus Kusta yang semakin tinggi, disebabkan oleh banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang penyakit Kusta sehingga mereka abai dan enggan untuk memeriksakan diri ketika mengalami gejala.

“Gejala tersebut berawal dari kemunculan tanda bercak berwarna merah / putih yang tidak gatal maupun nyeri sehingga menyebabkan mati rasa pada kulit” dr. Astri menerangkan.

Selain itu, stigma yang masih ada membuat Kusta seolah sulit untuk disembuhkan bahkan dihilangkan.

Baca Juga : 5 Langkah Cegah Disabilitas Karena Kusta

STIGMA YANG DIDAPAT DAN DAMPAK PADA KEHIDUPAN BAPAK AL-QADRI

Pak Al-Qadri menyebutkan bahwa stigma memang menjadi permasalahan utama. Seharusnya stigma ini sudah tidak ada karena Kusta benar-benar bisa disembuhkan.

Perlakuan stigma yang sangat kental adalah semua orang mengalami ketakutan untuk berinteraksi dan orang dengan kusta saat ini masih sangat kurang dalam menerima / mengakui bahwa dirinya terkena kusta.

Besar harapan pak Al-Qadri agar bagaimana stigma ini tidak membatasi kegiatan penderita nya. Terkait kegiatan, orang dengan kusta ini jauh lebih berat karena mengalami stigma dan diskriminasi.

tolak-stigma-kusta
Al-Qadri - OYPMK dan Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasional

Ada sebuah kasus di Bugis, bahwa ada orang tua yang sampai menolak lamaran / tunangan karena pelamar tersebut menderita kusta.

Perubahan stigma sebenarnya ada dalam hal berinterakasi, tetapi ketika ingin mendapatkan informasi khusus dari orang sekitar, penolakan dan pemahamannya masih banyak yang minim dan keliru.

Lebih lanjut, pak Al-Qadri menjelaskan bahwa ada 8 kampung yang dibuat khusus untuk orang dengan Kusta di Sulawesi Selatan yang dibentuk oleh zaman pemerintahan Belanda.

Saat ini pak Al-Qadri dan kelurga hidup sehat, begitupun dengan anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa tanpa kusta.

PENGALAMAN PAK AL-QADRI MENGENAI STIGMA YANG ADA

Bapak Al-Qadri tertular kusta sangat dini yaitu usia 6 Tahun.  Sayang nya, pak Al-Qadri tidak bisa melanjutkan sekolah saat itu karena Kusta.

Kepala sekolah nya pun menyampaikan ke orang tua nya dengan alasan bahwa anaknya belum cukup umur bukan karena menderita Kusta.

Semakin banyak yang tahu, diskrimasi terhadap nya dan keluarga nya semakin tinggi. Mulai dari sulitnya bergaul dengan teman-teman sebaya sampai dengan para orang tua yang membatasi anak-anaknya bergaul dengan pak Al-Qadri.

tolak-stigma-kusta
Ruang Publik KBR

Orang tua Pak Al-Qadri pun memperjuangkan kesembuhan anaknya dengan mengunjungi beberapa pusat layanan kesehatan utuk mendapatkan pengobatan.

Pada tahun 1989 kondisi semakin memburuk dan Pak Al-Qadri bertemu dengan salah seorang OYPMK dan dibawa ke rumah nya untuk berobat.

Pak Al-Qadri menyampaikan pesan kepada semua masyarakat bahwa :

“Sesungguhnya tidak perlu ada kekhawatiran untuk berinteraksi dengan penderita kusta. Kemungkinan tertular hanya 2% itupun kepada orang dengan imun yang lemah”

UPAYA PENANGGULANGAN KUSTA YANG DILAKUKAN NLR INDONESIA

dr. Astri menyampaikan bahwa NLR Indonesia satu-satunya organisasi yang mengarah untuk eliminasi kusta bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Kementrian Kesehatan dan organisasi OYPMK.

Di Indonesia sendiri masih ada 6 provinsi yang belum bisa megeliminasi kusta. Tapi ketika ke kabupaten, dari 514 kabupaten di Indonesia masih ada 98 kabupaten yang masih menghadapai permasalahan kusta di daerah nya.

tolak-stigma-kusta
dr. Astri Ferdiana - Technical Advisro NLR Indonesia

Karenanya NLR Indonesia terus melakukan berbagai upaya  dalam penanggulangan stigma / diskriminasi akibat kusta  :

1.  Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, nakes, stakeholder, tokoh masyarakat dan agama untuk menyadari apa itu kusta, dan menyadari bahwa mereka punya hak yang sama.

2.  Melakukan berbagai kampanye seperti peningkatan kesadaran, pelatihan, dan kampanye melalui media massa ( online / offline ).

3.     Menargetkan berbagai kelompok masyarakat lintas sektor

4.  Melakukan advokasi ke para pemimpin daerah provinsi / kabupaten untuk memperhatikan kusta di daerah nya.

Baca Juga : Program-progam menuju Indonesia Bebas Kusta

CARA MENCEGAH PENYAKIT KUSTA

Cara mencegah penyakit kusta sebenarnya bukan dengan menjauhi / tidak berinteraksi sama sekali dengan penderita / OYPMK, hal tersebut justru meningktakn stigma dan diskriminasi.

Berikut adalah cara mencegah penyakit kusta dari dr. Astri Ferdiana yang bisa kita lakukan bersama :

1.       Memutus rantai penularan

2.   Dengan mendorong pasien kusta / orang dengan tanda-tanda kusta untuk segera berobat dan mendapatkan obatnya

3.   Setelah mendapatkan obat, mereka perlu dukungan sosial agar termotivasi menghabiskan obat sampai selesai.

PESAN DARI dr. ASTRI dan Bapak AL-QADRI

Yuk teman-teman bersama-sama kita bergandeng tangan dalam menghilangkan setidaknya meminimalisir stigma terhadap kusta dan bukan menjauhi orang nya.

Berikut adalah pesan-pesan dari dr. Astri dan Pak Al-Qadri terhadap semua lapisan.

dr. Astri Ferdiana :

“NLR Indonesia mengajak semua pihak baik individu maupun kelompok untuk bekerjsama mencapai Zero Leprosy, Zero Disability, and Zero Exclusion”.

­Al- Qadri :

“Harapan kami bagaimana dengan orang-orang yang pernah mengalami kusta bersama-sama mengedukasi masyarakat, bertestimoni tentang situasi yang ia hadapai untuk lebih menyadarkan banyak orang terkait kusta”

Terima kasih KBR dan NLR Indonesia yang sudah mengadakan talkshow terkait kusta. Semoga banyak masyarakat yang lebih sadar akan hal ini sehingga tidak ada lagi stigma dan diskriminasi.  

Stay safe and stay healthy. Adhe Albian signing out…!!

 

 

Comments

Post a Comment