Cegah Kanker Paru |
Banyak yang bilang penyakit yang satu ini terasa sangat mengerikan seolah-olah mendapatkan aib yang besar ketika penyakit ini menimpa.
Salah
satu penyakit yang biasa dibilang “silent
killer” yaitu KANKER PARU ini memang sungguh menakutkan bagi semua lapisan
masyarakat tak terkecuali.
Kanker
sendiri merupakan salah satu dari 9 penyakit prioritas dari Bapak Kemenkes RI yang
penanganannya harus lebih ditingkatkan lagi.
Pernyataan
tersebut disampaikan oleh dr. Else
Mutiara Sihotang, Sp.PK - Kordinator Rumah Sakit Pendidikan, Kemenkes RI
pada acara Webinar yang bertepatan dengan rangkaian Peringatan Hari Kanker Sedunia
2022 melalui zoom pada tanggal 8 Februari 2022 lalu.
Mengusung tema “Membuka Lebar Pintu Harapan : Meningkatkan Kesintasan Pasien Kanker Paru melalui Deteksi Dini, Diagnosis, dan Tata Laksana yang Berkualitas”.
Poster Webinar |
Dibawakan
oleh Moderator Ade Armando, webinar hasil kolaborasi Perhimpunan Onkologi
Indonesia ( POI ) dengan IASTO (
Indonesian Association for The Study in Thoracic Oncology ) dan didukung
oleh ROCHE Indonesia ini berjalan
dengan baik dan lancar.
Selain
dr. Else Mutiara Sihotang, Sp.PK, webinar tersebut juga dihadiri oleh
narasumber-narsumber lain yang tentu sangat berkompeten di bidangnya
masing-masing.
Mereka adalah dr. Ait-Allah Mejri – Presiden Direktur PT. Roche Indonesia, Dr.dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM -Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Hematologi-Onkologi Medik.
Poster Webinar |
Lalu
ada Prof. dr. Elisna Syahruddin,
Ph.D.,Sp.P(K)Onk – Exectuive Director,
Research of Indonesian Associate for The Study on Thoracic Oncology ( IASTO ),
dr. Evlina Suzanna, Sp.PA – Sekretaris Jendral
Perhimpunan Onkologi Indonesia ( POI ).
Ada juga Ibu Ratu Martiningsih – Analisis Kebijakan Ahli Muda di Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan ( PPJK ) Kemenkes RI dan Ibu Megawati Tanto – Kordinator Kanker Paru di Cancer Information & Support Center Indonesia ( CISC ) yang merupakan seorang penyintas kanker paru.
Kanker paru merupakan kanker yang paling banyak diterima / diderita kepada perokok. Terutama kepada mereka yang bisa dikatakan perokok aktif.
Menyadari bahwa prevelansi perokok aktif sebesar 33,6% atau sepertiga dari seluruh populasi dewasa, dr. Else menyampaikan bahwa kerjasama multi pihak menjadi hal yang sangat mutlak.
dr. Else |
Perlu
diketahui bersama, bahwa kanker paru di Indonesia merupakan penyebab kematian
nomor 1 di dunia dan Indonesia.
Terdapat
34.783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30.843 kematian akibat kanker
paru selama tahun 2020 ( data WHO melalui Global
Cancer Observation ).
Mengapa angka kematian kanker paru di Indonesia sangat tinggi? Menurut dr. Elisna penyebab utamanya adalah kanker paru datang kepada mereka yang berusia lanjut.
Prof. dr. Elisna |
Ada
3 faktor resiko tertinggi terkena kanker paru :
1.
Rokok
2. Riwayat kanker dalam keluarga
3. Tempat / Lingkungan kerja
Karenanya,
dr. Elisna menyampaikan bahwa pengendalian faktor resiko kanker paru tersebut
merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah dan menurunkan jumlah
insiden kanker paru di Indonesia.
Skrining
dan mendeteksi sedini mungkin perlu dilakukan agar segera ada langkah lanjutan
sebelum jauh menjadi stadium lanjut. Hal tersebut dilakukan supaya angka kesintasan ( tahan hidup ) dapat
tercapai.
Mereka
yang harus diutamakan dalam tindakan skrining adalah :
- Usia 45 th, perokok aktif / pasif / bekas perokok kurang dari 10 tahun.
- Usia di atas 40 th, tanpa gejala, bukan perokok dan dengan riwayat keluarga penyintas kanker paru.
Para Narasumber |
Sebagai
salah satu penyintas kanker paru, Ibu Megawati Tanto sangat berharap bahwa
pelayanan mulai dari diagnosis sampai dengan obat-obatan yang tidak semua di-cover oleh BPJS dapat ditingkatkan lagi.
Sehingga
pasien kanker paru di Indonesia tidak lagi mengalami kendala dan segera
mendapatkan pengobatan yang maksimal.
Menjawab
pernyataan dari Ibu Mega terkait pelayanan, Ibu Ratu Martiningsih - Analisis kebijakan
Ahli Muda di Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan ( PPJK ) Kemenkes RI,
memberikan tanggapannya.
BPJS
( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ) Kesehatan sempat mengalami defisit. Hal
tersebut disebabkan oleh banyaknya pasien yang telat terditeksi.
Sehingga,
stadium nya sudah memasuki stadium lanjut dan menyebabkan biaya pengobatan /
perawatan pasien kanker paru yang dikelurakan sangat banyak.
Menyambung pernyataan tersebut, deteksi dini menurut Dr. dr. Andhika Rachman sangat perlu dilakukan lebih banyak lagi dengan penyuluhan dan pengetahuan lebih.
dr. Andhika |
Karena
masih banyak orang yang salah pengertian terhadap penyakit kanker, seperti
contoh : “kalau diobati, kanker nya akan semakin jelek dan menyebar”.
Untuk
hal tersebut, dihimbau kepada seluruh masyarakat untuk berani mendeteksi diri
sedini mungkin dan tentu melakukan langkah pencegahan kanker paru.
Hal
pertama yang perlu dilakukan sebelum bergejala adalah melakukan pemeriksaan
dengan skrining, sehingga penyakit
kanker paru bisa dideteksi sejak dini.
Skrining
merupakan cara untuk menemukan / mengenali keberadaan penyakit sebelum terjadinya
gejala kanker.
Jika
sudah terlambat, maka tidak dapat terdiagnosis lebih awal dan menyebabkan
tingkat stadium nya sudah menjadi stadium lanjut.
Kalau
sudah stadium lanjut, maka jangan heran jika nanti akan mengeluarkan biaya yang
lebih untuk pengobatannya seperti yang disampaikan oleh Ibu Ratu Martiningsih
di atas tadi.
Karena
nya, masyarakat harus berani untuk memeriksakan diri sedini mungkin untuk
mengetahui ada gejala / tidak. Sehingga bisa dilakukan tindakan lanjutan.
Baca Juga : Breast Cancer Experts Network
Selain skrining, dr. Evlina menyampaikan hal berikut ini perlu dilakukan dalam pencegahan kanker paru yaitu melakukan pola hidup CERDIK.
Pada dasarnya untuk melakukan pencegahan, harus dimulai dengan diri kita sendiri, taruh kepedulian yang tinggi dengan menjalani gaya hidup sehat, pola makan yang alami tanpa pewarna dan pengawet, olahraga, tidak merokok, istirahat yang cukup dan kendalikan stress.
dr. Evlina |
Lebih lanjut, dr. Evlina menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk melakukan pola hidup CERDIK.
Infografis Pola Hidup Cerdik |
Jangan lupa juga untuk perbanyak gali informasi yang valid dan sumber yang terpercaya terkait kesehatan terutama kanker sehingga terhindar dari informasi hoax.
dr.
Else Mutiara Sihotang yang mewakili Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa
Indonesia melalui RPJMN 2019-2024 berkomitmen untuk mengurangi hingga sepertiga
angka kematian dini akibat penyakit tidak menular termasuk kanker pada tahun
2030.
Hal tersebut merupakan bagian dari komitmen global dalam memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
dr. Mejri |
Menutup
diskusi webinar 8 februari 2022 kemarin, dr. Mejri menyatakan kebanggannya
karena dapat melakukan kolaborasi dengan masyarakat umum dan pemangku
kepentingan di tingkat nasional serta menerapkan cara yang optimal dalam
penanggulangan kanker paru di Indonesia.
“We should as a group put the energy to focus on an action to fight against cancer!”. Seru nya semangat.
Semua
narasumber yang hadir telah menyampaikan gagasan dan implementasi atas apa yang
sudah, sedang dan akan dilakukan kedepan untuk bersama-sama bergandeng tangan
dalam menanggulangi kanker paru di Indonesia.
Besar
harapan mereka untuk semua pihak mulai dari masyarakat, tokoh masyarakat,
lembaga kesehatan, kementerian sampai dengan pejabat tertinggi di Indonesia
yaitu Presiden dapat membantu merealisasikan tercapainya penurunan angka
penyintas kanker paru dan meningkatnya angka kesintasan.
Perhimpunan
Onkologi Indonesia ( POI ) dengan IASTO (
Indonesian Association for The Study in Thoracic Oncology ) telah
mengeluarkan Policy Brief terkait konteks program dan kebijakan, Analisis
subsistem kesehatan dan Rekomendasi Kebijakan.
Adhe Albian signing out..!!
Penting banget infonya nih.. harus banget kita cegah sedari dini. Tangkiu mas adhe
ReplyDeleteKlo disebut cancer itu silent killer emang bner bgt … makanya perlu bgt nih edukasi ttg cancer sebelum terlambat… keep up the good work mamas …
ReplyDeleteBanyak yg tau n tau bahaya cancer sebenernya, cm kurangnya niat menjaga hidup sehat untuk diri sendiri & sekeliling.
ReplyDeleteBaca tulisannya Mas Adhe, saya jadi begidik
ReplyDeletekarena saya punya adik laki-laki, yang perokok aktif, suami istri
mereka bilang, perokok kalo berhenti malah sakit (huhuhu ngawur parah)
mana mereka gak pernah olah raga, gak suka sayur dan buah
bener-bener nyeremin
Para perokok mestinya diregistrasi, dan masing-masing keluarganya dilacak, supaya ketahuan mana keluarganya yang punya sel kanker.
ReplyDeleteSupaya bisa diobati.
Biar mereka sadar. Bahwa punya sanak keluarga yang merokok itu sungguh merepotkan.
Wawasan tentang kanker paru ini, mungkin harusnya mengundang juga para perokok aktif, biar bisa sadar karena melihat-membaca sendiri apa sih efeknya merokok buat diri dan sekitarnya
ReplyDeleteKadang aku jadi kasihan juga sama perokok pasif, bisa kena getahnya. Saya sendiri sudah mempraktikkan bagian E, yakni Enyahkan asap rokok. Karena saya sendiri nggak betah dan suka mual kalau mencium bau asap rokok.
ReplyDeleteKalau efeknya buat perokok sih gapapa ya, tapi perokok pasif pasti kena imbasnya ini malah bahaya.. Apalagi ada riwayat keturunan. Semoga masyarakat makin aware dgn masalah ini, biar sehat2 dan jauh dri penyakit satu ini😇
ReplyDeleteSemoga penurunan kasus angka penderitaan kanker paru benar-benar terjadi. Sedihnya banyak perokok padahal sosialisasi bahaya merokok sudah sering dilakukan
ReplyDelete