www.adhealbian.blogspot.com |
Bagaimana perasaan teman-teman ketika mendengar tetangga-tetangga atau bahkan orang lain yang mengatakan bahwa dokter di Indonesia banyak memanipulasi masyarakat?
Salah
satu contoh nya adalah “Banyak dokter yang meng-covid kan masyarakat untuk
bisnis”. Padahal berita tersebut adalah sebuah hoaks. Yang sangat disayangkan lagi, berita hoaks tersebut sudah sampai ke tangan dan telinga yang salah, sehingga menyebabkan berita itu
jadi menyebar luas.
Jujur
kalau saya sedih ketika mendengar kalimat tersebut terlontar dan lewat di
telinga saya. Karena seperti yang kita semua tahu peran dan jasa dokter
sangatlah mulia dan berbanding terbalik dengan pernyataan di atas tadi. Dokter telah menyelamatkan hidup orang banyak dan rela bertaruh nyawa
nya demi pasien.
Kesedihan
saya bertambah lagi ketika menerima kenyataan bahwa jumlah dokter di Indonesia banyak yang berguguran terutama di kondisi pandemi ini. Jumlah yang berguguran pun
tidak sedikit yakni hampir 2.ooo an dokter yang gugur.
Apakah
masih tega bilang dokter memanipulasi masyarakat?
Tahukah
teman-teman karena hal tersebut, menyebabkan angka ratio dokter di Indonesia tergolong yang cukup
rendah yakni 0,4 / 1.000 penduduk. Artinya hanya ada 4 dokter untuk melayani
10.000 penduduk.
Kalau
jumlah dokter di Indonesia berkurang, pasti akan berdampak ke beberapa hal,
salah satunya adalah terhadap layanan kesehatan yang jadi tidak optimal.
Salah
satu kelompok yang merasakan dampak dari berkurangnya angka jumlah dokter dan pelayanan yang tidak optimal adalah mereka yang mengalami penyakit KUSTA.
Penderita
kusta sampai ada yang terpaksa harus putus obat dan tidak mendapatkan layanan.
Hal tersebut mengakibatkan temuan kasus menurun sehingga jumlah penderita jadi
meningkat.
Kita sudah harus mulai bahkan meningkatkan awareness terhadap kebersihan dan kesehatan diri. Sehingga kita semua
dapat selalu sehat dan tentu terhindar dari penyakit kusta dan penyakit lainnya.
Mengatahui fakta bahwa jumlah dokter berkurang, saya jadi penasaran bagaimana yah cara nya mereka memberikan layanan yang optimal terhadap pasien, terlebih lagi terhadap penderita kusta?
Bersyukur sekali bisa menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut melalui siaran KBR beberapa hari lalu dengan tema “Lika-liku Peran Dokter di Tengah Pandemi” yang menghadirkan narasumber-narasumber terpercaya.
Mereka adalah dr. Ardiansyah – Pengurus Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) dan dr. Udeng Daman – Technical Advisor NLR Indonesia.
Kantor Berita Radio ( KBR ) |
MENGENAL PENYAKIT KUSTA
Mengutip dari laman halodoc.com, Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.
Sumber gambar : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/ |
Berdasarkan
data Kemenkes, dr. Udeng menyampaikan informasi bahwa di Indonesia masih ada sekitar
110 kabupaten atau kota yang tersebar di
21 provinsi masih belum mencapai eliminasi.
Penyakit
yang penularannya bisa melalui kontak kulit dan hirupan udara ini perlu kita
waspadai. Pasalnya, jika penderita kusta terlambat dalam mengobatinya, maka
akan menyebabkan disabilitas mata, tangan dan kaki.
Jadi
segera periksa ke dokter jika menemukan gejala seperti adanya bercak berwarna
putih di kulit dan lesi berbentuk benjolan yang tidak hilang dalam beberapa
minggu. ( Sumber : halodoc.com ).
HAMBATAN PELACAKAN PENYAKIT KUSTA
Adanya
penurunan dalam menemukan kasus yang mengakibatkan jumlah penderita jadi
meningkat, dr. Udeng kembali menyampaikan hambatan yang dihadapi dalam penemuan
kasus kusta ini.
“Pasien kusta itu banyak yang datang ke Puskesmas dengan suka rela. Tapi itu tidak cukup, karena kita juga harus aktif dalam mencari. Artinya pasien kasus kusta yang datang ke puskesmas merupakan suatu sinyal. Mungkin di tempat daerahnya ada yang lainnya, karena nya harus dilacak kontakya, paling tidak periksa keluarga nya, tetangga, kurang lebih 20 rata-rata harus diperiksa"
"Apakah ada tanda-tanda kusta. Atau pernah ada riwayat di daerah tersebut pernah muncul kusta, daerah tersebut survelence harus diamati dari tahun ke tahun. Harus ada maping dan tercatat di buku puskesmas.” Tambahnya.
dr. Udeng Daman |
Jika mendengar pernyataan dr. Udeng dalam menyampaikan hambatannya tersebut, maka peran masyarakat juga sangat penting dalam memahami betapa penting nya memeriksakan diri ke dokter.
Tentu hal ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat perkotaan besar saja,
tetapi juga berlaku untuk masayarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil
yang bahkan mengalami kekurangan dokter.
FAKTA DI LAPANGAN MENGENAI KEKURANGAN
DOKTER DI BEBERAPA WILAYA TERPENCIL
Jika
melihat standard ratio dari World Health
Organizaton ( WHO ) yang menyebutkan angka 1 : 1.000 sebagai angka kebutuhan
dokter / tenaga medis, maka Indonesia masih tertinggal jauh dibanding dengan
negara-negara lain.
Untuk memenuhi standar ratio dari WHO dan mencapai angka 1, maka Indonesia masih membutuhkan tenaga 270.000 dokter.
“Fakta di lapangan selain karena kuantitas belum sesuai dengan rekomendasi WHO jumlah nya, masalah utama juga sebenar nya adalah distribusi. Kita harus akui bahwa masalah distribusi dokter untuk daerah-daerah yang sangat terpencil masih kurang. Nah itu yang kita selalu dorong. Tapi tidak hanya peran dari IDI, kita butuh peran pemerintah juga untuk masalah distribusi ini”.
Ucap dr. Ardiansyah dalam menyampaikan informasi terkait fakta jumlah dokter yang kurang.
dr. Ardiansyah |
Lulusan
ilmu kedokteran yang tidak bersamaan juga menjadi salah satu penyebab angka
kebutuhan dokter / tenaga medis masih belum bisa terpenuhi saat ini.
Karena
nya baik dr. Ardianysah maupun dr. Udeng menginginkan peran serta pemerintah
dalam hal ini.
Salah
satu contoh yang bisa diterapkan pemerintah adalah himbawan kepada fakultas
kedokteran dalam menerapkan materi yang lebih dalam kepada calon dokter
terutama adalah tentang penyakit kusta.
Jika
hal tersebut berhasil diterapkan, maka peningkatan kapasitas dokter yang
menangani kusta akan bisa terpenuhi.
5 LANGKAH IDI DALAM RANGKA PENGUATAN TENAGA
MEDIS YANG MASIH KURANG
Menerima
fakta bahwa jumlah dokter dan tenaga medis mengalami penurunan, tentu tidak
membuat IDI berdiam diri saja. Berikut adalah 5 langkah / upaya Ikatan Dokter
Indonesia ( IDI ) dalam rangka penguatan tenaga medis yang masih mengalami kekurangan
:
1. IDI selalu berusaha untuk memelihara atau
menjaga sumpah dokter dan juga kode etiknya.
2.
Ikut serta dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
3. Menjalin kemitraan dengan pemerintah terkait
dengan kebijakan-kebijakan kesehatan. Seperti yang saat ini berjalan dengan
Kementerian Kesehatan RI.
4. Menjalin kemitraan dengan pihak luar, seperti bekerjasama dengan KBR, NLR dan NGO lainnya dalam menyampaikan informasi-informasi edukatif terkait kesehatan.
5. Bagaimana memberdayakan masyarakat dalam hal edukasi.
Yuk! sebagai masyarakat yang tentu peduli dengan kesehatan, kita sama-sama perbanyak memperdalam edukasi terkait kesehatan, selain bisa terhindar dari berita / informasi yang salah, kita juga senantiasa selalu sehat dan terhindar dari penyakit.
Stay safe and stay healthy. Adhe Albian
signing out…!!
Thanks blogger atas informasinya yg informatif sekali, makin meng-edukasi.
ReplyDeleteSama-sama kak ;)
DeleteTangkiu informasinya
ReplyDeleteTerima kash kembali kak ;)
Delete