Mengurai Beberapa Kesulitan dalam Menulis Buku Solo




Hallo semuanya, 
Di artikel kali ini akan berbeda dari sebelumnya. Karena artikel berikut ini adalah artikel dari Guest Post saya yaitu Mas Ikrom. Anyway siapa sih yang nggak tahu Mas Ikrom? Blogger yang satu ini memiliki segudang prestasi dan juga senang mempelajari bahasa tagalog lho. Keren banget kan?. Nah, untuk mengenal sosok beliau lebih dalam, sok atuh di follow aja IG nya Mas Ikrom nya yah. Well, langsung aja yuk kita simak artikel nya :)

Ngeblog itu seperti jalan sehat sedangkan menulis buku itu seperti lari maraton.
Iya, saya akhirnya merasakan perbedaan besar itu. Sudah bertahun-tahun saya memang mencoba untuk tetap konsisten dalam menulis blog. Puji syukur, saya masih diberi kesempatan untuk bisa terus memberi sesuatu kepada khalayak mengenai apa yang saya miliki sambil belajar banyak mengenai dunia kepenulisan ini.
Tapi, pada suatu ketika, saya merasa hampa.Dengan rutinitas ngeblog yang saya jalani sembari terus melakukan aktivitas di dunia nyata, pada suatu titik saya mulai merasakan sebuah kejenuhan.Apa iya tulisan saya hanya berakhir di dunia maya saja tanpa ada tindak lanjut lebih jauh lagi. Bukan bermaksud mengecilkan peran narablog yang sekarang semakin berkembang, tetapi ada satu hal yang belum saya dapatkan.
Tulisan-tulisan saya memang akan mendapat keterbacaan yang cukup pada awal penayangannya. Ia akan banyak mendapat komentar dan tanggapan lain sembari saya mendapat kepuasan dari atensi tersebut. Walau demikian, kala usia tulisan itu sudah mulai uzur, entah sudah berlalu beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian, rasanya ada sesuatu yang hilang.
Selain kehangatan konten yang saya buat mulai basi, ruh tulisan yang mulai samar, dan tanggapan yang semakin berkurang, ada satu hal lain yang menjadi momok kala saya menuangkan tulisan di blog. Saya sering kesulitan mengakses tulisan lama saya.Kalau tidak kesingsal alias lupa kapan saya menulis, bisa jadi tulisan saya hilang.Meski, saya belum pernah dan jangan sampai kehilangan tulisan blog, baik di Kompasiana maupun di blog pribadi.
Atas dasar itu, saya bertekad kuat untuk menyusun sebuah buku. Sebagian kumpulan tulisan di blog dan sebagian lain tulisan baru saya. Saya sih, hanya nothing to loose.Tak bermaksud mendapat keuntungan finansial ataupun kepopuleran.Yang penting, tulisan saya tak hilang dan terjilid rapi dalam sebuah buku yang ber-ISBN.Itu saja.
Lantas, saya mulai fokus mendalami kegiatan menulis saya.Jika biasanya saya melakukan Puasa Daud, alias sehari menulis sehari tidak, kini lebih banyak waktu yang tercurahkan untuk menulis buku.Tak ada hari tanpa menulis dan menyunting tulisan. Nah, dari kegiatan menyepi untuk menulis buku solo, saya akan coba uraikan kesulitan-kesuliatan yang saya alami. Kesulitan yang bermuara pada masih minimnya jam terbang saya dalam menulis buku solo.
Pertama, saya sering kehilangan ritme menulis.Tak seperti menulis di blog, menulis buku ini cukup sulit untuk menemukan ritme yang tepat.Biasanya, saya menemukan ritme pada pertengahan tulisan.Ketika itu, beberapa ide yang awalnya hanya berupa ide pokok dalam layout menulis yang saya buat bisa dengan enaknya tersambung.Terlebih, saya sering menemukan "nada" yang tepat di dalam tulisan yang saya buat.
Ketika saya menggabungkan opini dan fakta yang saya dapat dalam kemasan frasa atau kalimat yang saya susun, di situlah saya menemukan kepuasan dalam menulis.Nah, dalam menulis buku ini, beberapa kali, meski tidak sering, saya kehilangan ritme itu.Susunan kalimat yang menggambarkan opini dan fakta yang saya temukan serasa hampa.Tak semenarik saat menulis di blog.Garing.
Lantas, mengapa itu bisa terjadi?
Alasan utama yang bisa saya simpulkan sementara karena saya hanya menulis tentang satu topik saja.Cerita perjalanan.Jika biasanya pada tulisan di blog saya mengolah berbagai topik yang saya jadwal sedemikian rupa, maka saya tak bisa melakukannya di dalam penulisan sebuah buku.Mau tak mau ya saya harus menulis menegnai akomodasi, jalannya cerita, hingga tips-tips traveling.Topik itu yang terus berulang setiap hari.Dari Senin sampai Senin lagi.
Makanya, untuk menyiasati agar tidak terjadi kehilangan ritme yang berujung pada writer's block, saya mencoba untuk melakukan jadwal berseling antara menulis dan menyunting. Jadi, sehari menulis dan menyunting. Dengan begitu, saya bisa melakukan apa yang saya lakukan kala menulis blog. Sehari menulis sehari menyusun tulisan sambil membaca buku.Jadi, sehari satu tulisan bagi saya masih sulit.
Kedua, saya merasakan warna tulisan yang tidak sama antara satu tulisan dengan tulisan lain. Mengingat buku yang akan saya cetak adalah kumpulan tulisan di blog yang waktu penayangannya kerap berbeda jauh, maka kadang antar bagian tulisan itu tidak nyambung. Memang, saya memecah tulisan saya menjadi beberapa bagian.Namun, ketika saya membaca bagian-bagian tersebut dalam sebuah kesatuan, saya menemukan warna tulisan yang njomplang.
Ada kalanya tulisan saya cukup mendalam menjelaskan fenomena sosial di balik sebuah tempat wisata seperti tulisan saya di Kompasiana.Ada kalanya pula tulisan saya malah cukup dalam membahas mengenai deskripsi tempat wisata yang bermuara kepada referensi suatu produk.Tulisan semacam ini kerap saya tulis di blog pribadi.Akibatnya, ketika membaca lebih saksama bagian-bagian itu, ya gak bakal nyambung.
Apa yang harus saya lakukan kemudian?
Saya harus memilih warna tulisan mana yang lebih dominan.Yang menjadi ciri khas buku saya nanti. Sebenarnya, di sinilah letak kesalahan saya kala tidak membuat kerangka buku yang akan saya buat. Pada beberapa litetur memang sebuah buku ditulis sebaiknya tanpa kerangka yang cukup detail. Walau begitu, dengan hanya menyambungkan tulisan-tulisan di blog rasanya tak akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Saya memang pernah membaca buku hasil dari tulisan di blog.Rata-rata memang hanya disadur dan diberi sedikit perbaikan. Tapi kembali ke hukum awal, rata-rata mereka sudah memiliki jam terbang tinggi dalam menulis sehingga warna tulisan bisa begitu padu. Lha saya?
Jadi pemecahannya, saya menulis ulang lagi beberapa bagian lagi tulisan yang sebenarnya sudah jadi.Saya buat agar bisa menyatu lekat dengan bagian sebelumnya atau sesudahnya.Di sinilah saya mendapat sebuah tantangan baru dalam menulis sebuah buku.Pelajaran untuk ikhlas menulis ulang tulisan kita jika benar-benar dirasa tidak pas.Tidak semua tulisan memang harus ditulis ulang.Untuk itu, saya meminta bantuan kepada teman untuk membaca tulisan-tulisan yang telah saya buat.Setelah mereka membaca tulisan saya, saya meminta saran bagian mana yang harus saya tulis ulang.
Semuanya memang kembali kepada saya sebagai empunya tulisan.Hanya tidak lantas saya menjadi egois.Toh tulisan saya nanti juga dibaca oleh banyak orang.Rasanya kok tak elok jika ada yang kurang nyambung.Layaknya memakai baju atasan kuning dengan bawahan hijau muda.
Kesulitan terakhir adalah mengelaborasi lebih dalam tulisan yang saya buat.Jika dalam tulisan blog saya hanya bisa katakanlah menggali sebuah ide sedalam 5 meter, maka dalam menulis buku saya harus bisa lebih dari itu.Galian yang lebih dalam ini sering terbentur rasa nyaman saya setelah melihat tulisan yang saya tulis. Ah, sudah diberi label Artikel Utama (HL) oleh admin Kompasiana kok. Ah, sudah dikomentari 50 blogger di blog pribadi dengan komentar panjang kok. Pemikiran seperti itulah yang kerap menjadi racun.
Makanya, saya tak melihat blog barang sedetik pun ketika proses menulis ini agar racun itu tidak semakin berbisa. Semaksimal mungkin melihat berbagai kelemahan dari berbagai sisi di tulisan saya.Dengan begitu, saya kerap menemukan masih ada saja hal-hal yang kurang ketika saya membaca sebuah bagian tulisan yang saya cuplik dari artikel.Sudah di-HL ternyata banyak sekali kelemahannya.
Untuk lebih dalam menggali ide tulisan, saya kerap terbantu oleh lagu-lagu yang menjadi ciri khas sebuah daerah yang akan saya elaborasi. Semisal, ketika saya menulis tentang Banyuwangi saya akan mendengarkan lagu Lungset, sebuah lagu Banyuwangen secara berulang. Kala saya menulis tentang Bandung, maka lagu-lagu milik band Mocca akan saya putar sampai mblenger.
Uniknya, rasa dari lagu-lagu itu kerap masuk dengan tak sengaja di dalam tulisan saya.Ajaibnya, saya justru menemukan ide baru setelah mendengar lagu itu yang kok nyambung dengan fakta dan opini yang saya rangkai.Itulah hubungan erat antara musik dan tulisan yang sama-sama merupakan karya seni.
Bagaimanapun juga, saya juga tak bisa bersikap perfeksionis yang berlebihan. Bisa-bisa, buku saya tak akan terbit sampai kiamat kubro. Saya pun akan membatasi sejauh mana saya bisa membahas hal-hal yang saya ketahui.
Layaknya lari maraton, saya sangat bersyukur bisa menyelesaikan buku saya.Entah diterima atau tidak oleh penerbit mayor, itu urusan nanti.Yang penting, misi saya sebelum ajal menjelang sudah terpenuhi.Menuangkan pikiran dalam sebuah buku cetak.
Salam.


                                                     Ditulis oleh : Ikrom Zain
Ikrom Zain

Comments

  1. Selalu takjub dengan mereka yang berhasil menulis buku. Apresiasi tertinggi, salam kenal anyway mas Ikrom.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita doakan bersama yah kak, semga segera rilis bukunya Mas Ikrom ;)

      Delete
  2. Sepakat sama Mba Wilhelmina, aku pun demikian salut banget sama mereka yang bisa melahirkan tulisan lewat buku. Pengalaman ditantang nulis buku tentang perjalananku di dunia blogging, seo dan internet marketing aja masih mandeg di bab 3 dari tahin 2012, haduuuuu..ambyar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah semangat yah mba, buku mba bisa jadi mengisnpirasi orang lain lho termasuk saya pribadi ;)

      Delete
  3. Duh noted aku dengan kata kata ini "ngeblog itu seperti jalan sehat kalau menulis buku itu seperti lari maraton" maklum saya baru di jalan sehat aja. Makasih ini sharingnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe sama mba masih dijalan sehat nih kita, tak apa mba dari pada gak jalan sehat sama sekali ya kan? lari maraton nya bisa menyusul ketika semua materi dll nya mateng ;) semangat..!!

      Delete
  4. Duh noted aku dengan kata kata ini "ngeblog itu seperti jalan sehat kalau menulis buku itu seperti lari maraton" maklum saya baru di jalan sehat aja. Makasih ini sharingnya

    ReplyDelete
  5. Duh noted aku dengan kata kata ini "ngeblog itu seperti jalan sehat kalau menulis buku itu seperti lari maraton" maklum saya baru di jalan sehat aja. Makasih ini sharingnya

    ReplyDelete
  6. memang tidak mudah menulis itu, apalagi buku karena tingkat kesulitannya lebih dalam lagi, lebih dari lima meter kalau ngeblog yaa. Semoga bukunya sukses

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamin, nanti tak sampein ke Mas Ikrom doanya yah Mas Arief. Goodluck selalu juga yah buat Mas Arief.

      Delete
  7. Keren banget kalo biaanerbitin buku solo, tekad..begadang udah pasti ya..

    Semoga laris manis..apa yang dicapai sesuai harapan..

    ReplyDelete
  8. Yes, sudah tepat menurut saya, selesaikan dulu, apakah diterima atau tidak oleh penerbit mayor, itu urusan nanti :)

    ReplyDelete
  9. Memang ngak mudah kl mau bikin buku. Tapi ada temen yg pnya koneksi dg penerbit kyknya bukunya udh banyak banget meskipun kurang laku kyknya hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin belum kena dipasar nya aja kali yah mba ;) semoga nggak buat patah semangat buat temen mba biar tetep nulis buku lagi dan lagi ;)

      Delete
  10. Menulis buku itu butuh kejelian juga ya? memang banyak hal yang harus kita perhatikan. Sama sih, sayapun kadang kurang tajan=m di beberapa bagian jadi menulis novel saya stagnan. Semangat yaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat dan terus semangat menulis novel ya yah mba ;)

      Delete
  11. Bagi saya ngeblog seperti sebuah terapi, pelan-pelan saja. Menulis buku itu pasti tantangannya sangat beragam, guest post ini rubrik yang bagus, di sisi lain, kita bisa ambil banyak manfaat dari sosok yang menginspirasi ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget mba, dan saya jga beruntung bisa jadi partner guest post dengan Mas Ikrom yang notabene senior dalam tulis menulis jadi bisa belajar banyak dengan beliau ;)

      Delete
  12. saya termasuk orang yang belum pernah menulis buku, ya selain skripsi ya hehehe. menulis buku emang tantangannya mantab kali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh kalau inget skripsi tuh langsung cenat cenut deh mba ;)

      Delete
  13. Tips dari Mas ikrom yang bak puasa Daud itu boljug saya terapkan nih :)
    Makasih Mas Adhe sudah menghadirkan Mas Ikrom di sini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih kembali teteh udah sempetin melipir kesini. Semangat yah teh buat Puasa Daud nya ;)

      Delete
  14. selalu keren si blognya menginspirasi hamba-hamba mageran kaya aku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget Mas Ikrom selalu keche kak, semangat yah Kak Angga..!! :)

      Delete
  15. Pemikiran yang sama Kak. Menulis buku adalah mengabadikan tulisan meskipun ya bener juga menulis buku kayak lari maraton hehe. Pengalamanku nulis buku solo ya ampun bertahan tahun akhirnya baru menemukan naskah yang konsisten diselesaikan heehe alhamdulillah selesai juga buku Bunda Sarjana Rumah Tangga :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah congratulations mba..! Semoga bisa menjadi inspirasi bagi orang banyak yah mba :)

      Delete
  16. hiks...bener banget jalan sehat n jalan marathon yak. aku jg lg ada project buku sulo udah 70% trus stuck krn loading kerjaan, dan ga kesentuh smp sekarang...duuuh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah udah 70%, dikit lagi ituhh hehe. Semangat kak dan goodluck yah buat project buku solo nya ;)

      Delete
  17. Saya juga pernah ngerasain kalau apa yang saya tulis kaya bukan diri saya yg sebenarnya. Nah sejak itu, saya mulai mengubahnya. Apapun yang saya tulis, harus ada 'saya' nya di dalam tulisan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena kalau melibatkan diri sendiri kedalam tulisan bisa membantu ngalirin cerita juga yah mba ;)

      Delete
  18. Wahh keren mas, aku juga pengen belajar nulis buku solo gitu juga. Mungkin sumbernya beberapa tulisan tentang perjalanan wisata hehehe hampir sama

    ReplyDelete
    Replies
    1. Goodluck mas Dede..!! semangat yaah biar bisa menjadi inspirasi bagi penulis-penulis yang lain juga ;)

      Delete
  19. makasi tulisannya mas. jadi penyemangat buat saya blogger yg demen jalan2 sehat :D
    tapi emang bener, baru punya buku antalogi aja udah seneng banget. apalagi buku solo ya :)

    ReplyDelete
  20. Tulisannya bikin "Jalan Sehat" aku yang mulai kendor jadi semangat lagi nih, karena kalau aku masih dalam taraf jalan sehat, dan selalu kagum dengan orang-orang yang bisa nulis buku , apalagi tulisannya ngga ngebosenin , semangat terus mas !

    ReplyDelete
  21. Indeed. Aku nih selalu berharap sempurna segala sesuatunya, yang ada malah gak jalan2. Kemarin baru selesein satu naskah lagi, dan setelah selesai, malah takut untuk diajukan ke Penerbit, dengan alasan yang klasik, merasa belum oke dan gak PD, haha. Pengen banget nih keluarin buku solo gak antologi terus. Amiiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekeleas Mba Hani masa masih gak PD sih? hehe, anyway semangat terus yah Mba Han, semoga bisa segera meluncurukan Buku Solo nya ;)

      Delete
  22. Salah satu mimpi aku adalah semog kelak bisa nerbitin buku sendiri. Semoga yaah hehe. Makanya dari sekarang banyak belajar nulis dan baca blog orang lain, biar terbiasa dan memiliki banyak kosa kata hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tosss dulu ah bang..!! hehehe semangat terus Bang Ipul, tulisan blog Bang Ipul juga bagus dan bisa menjadi inspirasi orang lain termasuk saya ;)

      Delete
  23. Wah kalau menulis buku solo itu ibarat berlari marathon, berarti harus pelan-pelan dan sabar banget ya, Mbak. Kalau langsung digas sejak awal, bisa habis tenaga di tengah jalan

    ReplyDelete
  24. Wah suka sama tulisannya jadi nambah insight. Terima kasih ya mas. Saya juga punya mimpi suatu hari bisa bikin buku, antalogi pun juga ga papa. Tapi masih bingung aja mau nulis apa nanti hihi. Semoga ada kesempatan. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat Mba Inka. Apapun Buku nya, terpenting adalah Mba Inka sudah punya salah satu karya ;) goodluck..!!

      Delete
  25. Nah jadi dapat insight nih aku. Beneran deh aku tuh sampai sekarang kesulitan nulis buku solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat terus yah ceu, aku mah percaya ceu lis bisa banget buat Buku Solo nya ;)

      Delete
  26. Belum kepikiran nulis buku solo dari tulisan di blog, masih acak adut lah ini.
    Sementara ini antologi udah buatku bahagia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nda apa mba, siapa tahu bulan tahun depan diem-diem udah bisa nulis Buku Solo ya kan hehe ;) semangat..!!

      Delete

Post a Comment